Ialah beriman kepada taqdir.
Tersebut di dalam hadits (yang artinya) : "Tidaklah seorang hamba itu beriman, hingga dia beriman dengan taqdir. Baik taqdir baik ataupun taqdir buruk. Dan hingga dia tahu bahwa apa saja yang menimpanya, maka bukanlah agar dia meluputkannya, dan apapun yang luput darinya, maka bukan agar dia mendapatkannya"
. Hadit ini diriwayatkan oleh Imam Turmudzi.
Penjelasan saya :
Iman kepada taqdir, ialah setelah kita berusaha secara maksimal lahir dan batin sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, maka kita menerima apa saja (keburukan, kesulitan, penderitaan) yang menimpa kita dengan ridha, dan menerima apa saja (kebaikan, kesenangan, kenikmatan) yang luput dari kita dengan ridha. Karena apapun yang menimpa kita atau apapun yang luput dari kita, setelah kita melakukan usaha secara maksimal, maka itulah taqdir Allah untuk kita. Dan apapun yang telah
Allah taqdirkan, maka itulah yang terbaik untuk kita.
Wallahu a'lamu bishshowaab.
_______________ ____________
Rabu Legi, 11 Februari 2015.
Tersebut di dalam hadits (yang artinya) : "Tidaklah seorang hamba itu beriman, hingga dia beriman dengan taqdir. Baik taqdir baik ataupun taqdir buruk. Dan hingga dia tahu bahwa apa saja yang menimpanya, maka bukanlah agar dia meluputkannya, dan apapun yang luput darinya, maka bukan agar dia mendapatkannya"
Penjelasan saya :
Iman kepada taqdir, ialah setelah kita berusaha secara maksimal lahir dan batin sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, maka kita menerima apa saja (keburukan, kesulitan, penderitaan) yang menimpa kita dengan ridha, dan menerima apa saja (kebaikan, kesenangan, kenikmatan) yang luput dari kita dengan ridha. Karena apapun yang menimpa kita atau apapun yang luput dari kita, setelah kita melakukan usaha secara maksimal, maka itulah taqdir Allah untuk kita. Dan apapun yang telah
Allah taqdirkan, maka itulah yang terbaik untuk kita.
Wallahu a'lamu bishshowaab.
_______________
Rabu Legi, 11 Februari 2015.
No comments:
Post a Comment